Thursday, March 06, 2008

meninggal karena kelaparan

heboh banget de...semua media massa ngomongin masalah ibu hamil dan anaknya yang meninggal karena kelaparan. ini beberapa cuplikan berita yang bunda lansir:

01/03/2008 15:15 WIB

Ibu Hamil Meninggal Kelaparan

Lurah Parang Tambung: Basse Tak Dapat Raskin karena Nomaden

Gunawan Mashar - detikcom

Makassar - Suami istri, Bahri (30) dan Basse (27) hidup dalam kemiskinan. Basse yang tengah mengandung 7 bulan bahkan meninggal saat didera lapar. Keluarga miskin itu tidak pernah mencicipi jatah raskin.

Di tempat tinggalnya saat ini, Jalan Daeng Tata I Blok 5, Kelurahan Karang Tambun, Tamalate, Makassar, pasangan beranak 4 orang itu sudah menetap selama 5 bulan. Lurah Parang Tambung, Firnandar, berkilah mereka bukan warganya.

"Basse dan keluarganya hidup berpindah-pindah. Memang di lingkungan saya rata-rata dihuni oleh keluarga yang hidupnya berpindah. Umumnya penduduk di sini kerjanya sebagai tukang becak, tukang batu dan penjual sayur," ujar Firnandar di Rumah Sakit Haji, Jl Daeng Ngepe, Makassar, Sabtu (1/3/2008).

Firnandar menyatakan, Basse tidak pernah membawa anaknya ke posyandu. "Basse itu keluarga tidak mampu. Petugas kami baru mengetahui anak Basse yang keempat yakni Aco dibawa ke rumah sakit kemarin karena kelaparan," jelas Firnandar.

Firnandar mengaku, dirinya sempat bertemu dengan suami Basse, Bahri (30). Namun Bahri tidak menceritakan perihal kesusahannya.

"Saya tanya ke tetangga, ternyata kedua orang tuanya tertutup," kata Firnandar.

( nik/umi )

shock? ya iyalaaaahhhh....hare gene masih ada yang meninggal karena kelaparan? pertama banget yang ada di pikiran bunda...kemana para tetangganya??? saudaranya??? miris rasanya baca berita itu...kita kadang-kadang masih suka buang makanan sisa gak kemakan...eh...di tempat laen ada orang yang meninggal karena kelaparan...ya Allah..rasanya jadi gak bersyukur banget dikasih rejeki sama Allah...

masih shock dengan berita itu, bunda dapet lagi yang ini...trus jadi bingung deh, musti prihatin ato?? hmmm...

01/03/2008 14:54 WIB

Ibu Hamil Meninggal Kelaparan

Suami Lebih Sering Mabuk-mabukan

Gunawan Mashar - detikcom

Makassar - Sebelum meninggal mengenaskan, Ny Basse (27) dan 4 anaknya sering kali harus menahan lapar. Bukannya memberikan nafkah untuk anak istri, Bahri (30), sang suami, malah kerap mabuk-mabukan.

Bahri yang bekerja sebagai tukang becak berasal dari Kabupaten Bantaeng, Makassar. Bahri bersama keluarganya mengadu nasib di kota Makassar.

Namun meski rajin bekerja, Bahri juga dikenal suka mabuk-mabukan. Tetangganya kerap melihat Basri berangkat kerja pukul 08.00 WIB dan pulang kerja pukul 20.00 WIB.

"Meski rajin kerja tapi Basse bilang suaminya kalau pulang nggak pernah bawa duit," ujar Lina, kerabat Basse di Rumah Sakit Haji, Jl Daeng Ngepe, Makassar, Sabtu (1/3/2008).

Menurut Lina, mulut Bahri bila pulang kerja sering bau alkohol. Meski pemabuk, Bahri tidak pernah memukul Basse.

"Bahri itu orangnya pendiam. Sama suami saya saja dia segan," beber Lina.

Pasangan Basse dan Bahri dikarunia 4 anak, yakni Salma (9), Baha (7), Bahir (5), dan Aco (4).

Basse meninggal pada Jumat 29 Februari 2008 setelah 3 hari tidak makan. Basse meninggal bersama janin yang dikandungnya yang berusia 7 bulan. 5 Menit setelah Basse meninggal, anak ketiganya Bahir juga meninggal.

Satu anak Basse, Aco, kini dirawat di Rumah Sakit Haji, Jalan Daeng Ngape, Makassar. Aco ditemani Lina. Lina berencana akan mengangkat seluruh anak Basse.

( nik/umi )

ini ada lagi berita yang bunda cuplik dari http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=193969

Lelaki yang berprofesi sebagai tukang becak itu datang ke RS untuk menunggui anaknya, Aco (4), yang diinfus di RS Haji, Jalan Daeng Ngepe, Makassar, Sulawesi Selatan. Aco (4) dirawat karena kelaparan. Sesaat setelah melihat Aco yang masih diinfus, dia pun memasrahkan perawatan anaknya itu kepada Lina, orang yang rumahnya ditumpangi keluarga Bahri selama lima bulan. "Saya serahkan kamu yang rawat anak saya. Saya sudah tidak mampu lagi," kata Bahri. Lelaki berkemeja kuning kumal itu pun keluar kamar dan mencari tempat yang sepi. Dia pun duduk di sudut salah satu selasar RS Haji yang sepi untuk merenung. Setelah satu jam, Bahri yang didekati wartawan pun berkeluh kesah.

"Kasihan istri dan anak saya meninggal. Saya tidak mau minum (mabuk--Red) lagi," kata Bahri menyesali. Penghasilannya yang didapat dari mengayuh becak pun tak mencukupi. "Kadang dalam satu hari hanya dapat Rp 10 ribu. Yang saya pakai hanya beli rokok saja, terus sisanya saya kasih istri," katanya sambil mengisap rokok kretek dalam-dalam. Bahri juga mengakui memang hanya mampu memberi makan nasi. Namun tetap diusahakan ada tambahan lauknya. Selebihnya Bahri mengaku tidak terlalu tahu makanan yang sehari-hari dikonsumsi anak dan istrinya.

mungkin beda dengan orang laen yang sibuk menyalahkan pemerintah, bunda lebih melihat peristiwa ini sebagai kelalaian seorang kepala rumah tangga...menyadari penghasilannya yang kecil, kenapa masih tega mabuk-mabukan?? sampai istri dan anaknya meninggalpun...diwawancara sambil merokok?? halooo...rokok bukannya dibeli dengan uang ya?

bunda kadang heran dengan orang yang bilangnya gak punya duit untuk nyekolahin anak, hidup serba kekurangan ...tapi teteeeeeep aja tiap hari rokoknya kaya kereta api, hey sir...you burn your money! hmf..klo bunda punya tetangga kaya gitu, mungkin jadi berpikir dua kali untuk ngasih bantuan mengingat sikap ortunya yang kurang simpatik.

but...the most important thing is, selalu ada hikmah di balik sebuah peristiwa...dengan meninggalnya Basse dan anaknya, akhirnya si suami bertobat dan berhenti mabuk-mabukan, buat aparat pemerintah...setidaknya bisa jadi shock therapy dan moga aja jadi lebih perhatian ma rakyat kecil, buat kita sendiri mustinya bisa lebih concern ama tetangga...lebih peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, dan yang terpenting...jadi lebih pandai mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita.

No comments: